INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )
A.
Pengertian
ISPA
adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi
jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa
atau disertai radang parenkim paru. (Vietha, 2009)
ISPA
adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap
bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad
remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari
parenkim. (Whaley dan Wong, 2000)
B.
Menurut
Depkes ( 2002 ), klasifikasi dari ISPA adalah :
1.
Ringan (buka pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat
/ kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah,
telingan berair.
2.
Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa
stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2
minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan
(adentis servikal).
3.
Berat (pneumonia)
Batuk dengan nafas berat,
cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat /
tidur terus, tidak ada sianosis.
4.
Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat,
cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.
C.
Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi
ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab
ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus
tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya
lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan
resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
1.
ISPA atas : Rinovirus,
coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama ).
bawah : Parainfluenza, 123
coronavirus,adenovirus ( Virus Utama ).
2.
Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
3.
Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia. Infeksi saluran perafasan akut
merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh
berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh
virus dan mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus (termasuk di dalamnya virus para influenza) merupakan penyebab
terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran
nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya
sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi – epidemi saja. Pada bayi dan
anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas
bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. (Fuad, Ahmad, 2008)
D.
Menurut
Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1.
Pilek biasa
2.
Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3.
Kadang bersi – bersin.
4.
Sakit tenggorokan.
5.
Batuk.
6.
Sakit kepala
7.
Skret menjadi kental.
8.
Demam.
9.
Neusea.
10. Muntah.
11. Anoreksia
Sebagian besar anak dengan
infeksi saluran pernafasan bagian atas memberikan gejala yang sangat penting
yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda
lainnya seperti nafas yang cepat dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA
pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat
lebih dari 38,5 ○C dan disetai sesak nafas. Menurut derajat keparahannya, ISPA
dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA
sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di
bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang
). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik frekuensi nafasnya
sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada
dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika
keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan
tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan
beberapa pengamatan sederhana. (Yasir, 2009)
E.
Pathofisiologi
ISPA
Masuknya kuman atau virus ke
dalam tubuh melalui sistem pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen
dan antibody pada salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas.
Reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya
mukus seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin
1 yang berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada
hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam. Reaksi
tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan
terangsangnya villi – villi saluran pernafasan akibat adanya mukus. (
Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1.
Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan
reaksi apa- apa.
2.
Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.
Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis, menjadi
teronis dengan meninggal akibat pneumonia. (Vietha, 2009)
F. Komplikasi
ISPA
ISPA ( saluran pernafasan
akut sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak
terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan
dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis
paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis,
bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya
sepsis yang meluas. (Whaley and Wong, 2000)
G.
Menurut
Semltzer ( 2001 ),
penatalaksanaan dari ISPA adalah
1.
Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk
mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik, misal amoxilin,
ampixilin.
c. Antistetik
topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan tindakan peredaan
nyeri oral.
2.
Keperawatan.
a. Penyuluhan
pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan
masukan cairan.
c. Menginstruksikan
pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti antalasi uap.
H.
Konsep
Tumbuh Kembang
Menurut Piaget tahap
praoperasional ( umur 2 – 7 tahun ) dengan perkembangan kemampuan sebagai
berikut anak belum mampu mengorganisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan
dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik seperti dalam
penelitian piaget anak selalu menunjukan egosentrik seperti anak akan memilih
sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran
bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga
adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran
animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur
benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
Menurut Freud perkembangan
psikosexual anak tahap oedipal / phalik terjadi pada umur 3 – 5 tahun dengan
perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan
autoerotic yaitu meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah
erogenya, suka pada lain jenis. Anak laki – laki cenderung suka pada ibunya dan
demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
Menurut Erikson perkembangan
psikososial anak tahap inisiatif rasa bersalah terjadi pada umur 4 - 6 tahun (
prasekolah ) dengan perkembangan sebagai berikut akan akan mulai inisiatif
dalam belajar mencari pengalman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya
dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan
bersalah pada diri anak. (Hidayat, 2005)
I.
Menurut
Whaley and Wong ( 2000 ), fokus
pengkajian dari ISPA sebagai berikut :
1.
Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2.
Riwayat penyakit seseorang (kondisi klien saat diperiksa)
3.
Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti
yang dialaminya sekarang).
4.
Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien).
5.
Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
a. Inspeksi
1) Membran
mukosa hidung – faring tampak kemerahan
2) Tansil
tampak kemerahan dan edema
3) Tampak
baluk tidak produktif.
4) Tidak
ada jaringan parat pada leher.
5) Tidak
tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
6) Pernapasan
cuping hidung
b. Palpasi
1) Adanya
demam
2) Teraba
adanya pembesaran kelenjarlimfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis.
3) Tidak
teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
c. Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
d. Auskaltasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz Alimul
Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta : Salemba Medika.
2.
Bare
& Smeltzer, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Jakarta.
3.
Depkes
2002, Etiologi ISPA dan Pneumonia litbang.depkes.co.id,online,2002 Akses : 16
Juli 2009.
4.
Dongoes,
2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
5.
Fuad,
Ahmad, 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),Fuafbahsin.wordpress.com,
online 25 Desember 2008, Akses : 16 Juli 2009.
6. Nanda, 2007 –
2008, Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ) Disertai Dengan Discharge Planning.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar