Minggu, 26 Februari 2012

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )


INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )

A.    Pengertian
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. (Vietha, 2009)
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim. (Whaley dan Wong, 2000)

B.     Menurut Depkes ( 2002 ), klasifikasi dari ISPA adalah :
1.      Ringan (buka pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit, hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
2.      Sedang ( pneumonia )
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis servikal).
3.      Berat (pneumonia)
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak ada sianosis.
4.      Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta tidak minum.

C.    Etiologi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi lingkungan.
1.      ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus utama ).
bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus,adenovirus ( Virus Utama ).
2.      Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza, staphylococus aureus.
3.      Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.

Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia. Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para influenza) merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi – epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian bawah. (Fuad, Ahmad, 2008)

D.    Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
1.      Pilek biasa
2.      Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
3.      Kadang bersi – bersin.
4.      Sakit tenggorokan.
5.      Batuk.
6.      Sakit kepala
7.      Skret menjadi kental.
8.      Demam.
9.      Neusea.
10.  Muntah.
11.  Anoreksia

Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan disetai sesak nafas. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan sederhana. (Yasir, 2009)

E.     Pathofisiologi ISPA
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi saluran pernafasan akibat adanya mukus. ( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
1.      Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi apa- apa.
2.      Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.      Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis, menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia. (Vietha, 2009)

F.     Komplikasi ISPA
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas. (Whaley and Wong, 2000)

G.    Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah
1.      Medis.
a.       Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b.      Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c.       Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2.      Keperawatan.
a.       Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b.      Meningkatkan masukan cairan.
c.       Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase seperti antalasi uap.

H.    Konsep Tumbuh Kembang
Menurut Piaget tahap praoperasional ( umur 2 – 7 tahun ) dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengorganisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik seperti dalam penelitian piaget anak selalu menunjukan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga adalah ayah maka semua pria adalah ayah, pikiran yang kedua adalah pikiran animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.
Menurut Freud perkembangan psikosexual anak tahap oedipal / phalik terjadi pada umur 3 – 5 tahun dengan perkembangan sebagai berikut kepuasan pada anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu meraba – raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogenya, suka pada lain jenis. Anak laki – laki cenderung suka pada ibunya dan demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya.
Menurut Erikson perkembangan psikososial anak tahap inisiatif rasa bersalah terjadi pada umur 4 - 6 tahun ( prasekolah ) dengan perkembangan sebagai berikut akan akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak. (Hidayat, 2005)
I.       Menurut Whaley and Wong ( 2000 ), fokus pengkajian dari ISPA sebagai berikut :
1.      Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)
2.      Riwayat penyakit seseorang (kondisi klien saat diperiksa)
3.      Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang).
4.      Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien).
5.      Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien).
a.       Inspeksi
1)      Membran mukosa hidung – faring tampak kemerahan
2)      Tansil tampak kemerahan dan edema
3)      Tampak baluk tidak produktif.
4)      Tidak ada jaringan parat pada leher.
5)      Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan
6)      Pernapasan cuping hidung
b.      Palpasi
1)      Adanya demam
2)      Teraba adanya pembesaran kelenjarlimfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
3)      Tidak teraba adanya pembesaran ke;enjar limfoid.
c.       Perkusi
Suara paru normal ( resonansi ).
d.      Auskaltasi
Suara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.


DAFTAR PUSTAKA


1.      Aziz Alimul Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta : Salemba Medika.
2.      Bare & Smeltzer, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
3.      Depkes 2002, Etiologi ISPA dan Pneumonia litbang.depkes.co.id,online,2002 Akses : 16 Juli 2009.
4.      Dongoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.
5.      Fuad, Ahmad, 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),Fuafbahsin.wordpress.com, online 25 Desember 2008, Akses : 16 Juli 2009.
6.      Nanda, 2007 – 2008, Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ) Disertai Dengan Discharge Planning. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar