Senin, 16 April 2012

PSIKOLOGI REMAJA



Menurut Widyastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1)      Masa remaja awal (10-12 tahun),
Yaitu : tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya, tampak dan merasa ingin bebas, tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal.
2)      Masa remaja tengah (13-15 tahun)
Yaitu : tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan berpikir abstrak, berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3)      Masa remaja akhir (16-19 tahun),
Yaitu : menampakkan pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif; memiliki citra atau gambaran, keadaan, peranan terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
Menurut Sarwono (2003, hlm. 24) ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu:
1)      Remaja awal
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa
2)      Remaja madya
Pada tahap ini remaja sangat membutuhakan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat yang sama dengan dirinya.
3)      Remaja akhir
Tahap ini adalah masa konsolidalitas menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu: 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek; 2) Egonya mencari kesepatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru; 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi; 4) Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain; 4) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat.
b.      Perubahan-Perubahan Pada Masa Remaja Perempuan
Menurut Widyastuti (2009), pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cepat disertai banyak perubahan termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi atau organ seksual sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi tersebut ditandai dengan :


1)      Tanda-tanda seks primer
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi menopause.
2)      Tanda-tanda seks sekunder
a)      Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya pada remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap, dan agak keriting.
b)      Pinggul
Pinggul pun menjadi lebih berkembang, membesar dan lebih membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
c)      Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini, terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembangnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d)     Kulit
Seperti halnya laki-laki, juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan kulit laki-laki, kulit pada wanita lebih lembut.
e)      Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f)       Otot
Menjelang akhir masa puber, otot, semakin membesar dan kuat. Akibatnya, akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g)      Suara
Suara berubah semakin merdu, suara serak jarang terjadi pada wanita.
Menurut Sarwono (2003, hlm. 52) perubahan-perubahan fisik pada wanita meliputi: 1) Perubahan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang); 2) Pertumbuhan payudara; 3) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan; 4) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya; 5) Bulu kemaluan menjadi keriting; 6) Haid; 7) Tumbuh bulu-bulu ketiak.


3)      Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja
Perubahan kejiwaan pada masa remaja menurut Widyastuti (2009) yakni :
a)      Perubahan emosi yaitu berupa: 1) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan biasanya sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri lebih-lebih sebelum masa menstruasi; 2) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan luar yang mempengaruhinya; 3) Adanya kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang bepergian dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b)      Perkembangan intelegensia yang menyebabkan remaja : 1) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberi kritik; 2) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sering muncul perilaku ingin mencoba-coba.
Menurut Kurt Lewin (Sarwono, 2009, hlm. 44) tingkah laku-tingkah laku yang selalu ada pada remaja, yaitu:
a)      Pemalu dan perasa, tetapi sekaligus juga cepat marah dan agresif.
b)      Remaja merasa pertentangan antarasikap, nilai, ideologi dan gaya hidup yang membuat mereka lebih nyaman dengan teman sebayanya.
c)      Konflik sikap, nilai dan ideologi tersebut di atas muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat.
d)     Sering muncul tingkah laku memberotak dikalangan remaja.
e)      Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja ditentukan oleh sifat dan kekuatan dorongan-dorongan dari remaja tersebut.
(Anonim, 2011).
c.       Ciri–ciri remaja
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
1)      Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2)      Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3)      Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
4)      Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
5)      Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
6)      Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
7)      Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
8)      Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri–ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya (Anonim, 2009)

Selasa, 03 April 2012

Kesehatan Reproduksi Remaja


Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa dan dalam upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi, maka remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak mudah. Di Indonesia sendiri terdapat 36.600.000 (21% dari total penduduk) remaja di Indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai 43.650.000 pada awal abad ke-21 (Soekidjo Notoadmojo. 2007). Pada masa remaja terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut masa pubertas.
Pada wanita, masa pubertas ditandai dengan dimulainya menstruasi. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia subur mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya. Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu dimulainya perdarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya (Wikipedia.com).
Studi epidemiologi terakhir menunjukkan bahwa 5-10 % wanita kelompok usia reproduksi dari populasi yang diteliti, mengalami gejala-gejala sementara bersifat sedang sampai berat yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Mereka pada umumnya mencari bantuan medis. 20-40% merasa kurang sehat selama fase luteal akhir serta awal fase menstruasi dan satu hari atau lebih pada pertengahan siklus (Greenspan et al., 1998). Penelitian lainnya menyebutkan, sekitar 40% wanita berusia 14-50 tahun mengalami premenstrual syndrome (PMS) (Karyadi, 1999).
Gejala yang paling dirasakan oleh sebagian besar wanita tersebut yang berupa gejala ringan sampai berat adalah irritable (rasa cepat marah) sebanyak 17,4%, nyeri punggung atau nyeri otot 14,2% dan perasaan bengkak 13,2% (Deuster, 1999).
Dalam suatu penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menunjukkan 8,3% dari wanita tersebut mengalami PMS, dari penelitian tersebut terungkap bahwa wanita yang mengalami PMS  2,9 kali lebih sering memeriksakan diri dibandingkan dengan wanita tanpa PMS. Wanita yang lebih muda, wanita dari ras kulit hitam dan wanita dengan siklus menstruasi yang lebih panjang lebih sering mengalami PMS. Prevalensi PMS adalah 10,4% pada wanita kulit hitam, 7,4% pada wanita kulit putih dan 4,3% pada wanita ras lainnya, sedangkan  jika dilihat dari segi usia prevalensi PMS  pada wanita yang berusia 35-44 tahun adalah 4,5%, wanita yang berusia dibawah 35 tahun (9,4%) dan prevalensi yang paling tinggi adalah pada wanita yang berusia 25-34 tahun (10,7%). (Deuster, 1999).
Survey menunjukkan bahwa premenstrual syndrome (PMS) merupakan masalah kesehatan umum  yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia reproduksi, pada saat ini diperkirakan prevalensi dari gejala klinis yang berarti adalah sekitar 12,6%-31% dari wanita yang mengalami menstruasi. Studi epidemoilogi menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala PMS sedang sampai berat (Freeman, 2007).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 68 wanita usia produktif di Aceh Besar tahun 2008, didapatkan bahwa sebanyak 28 orang (41,18%) mengalami gejala Premenstrual Syndrome (PMS) yang dirasakan berada dalam kategori sedang (Linda, 2008).
Sekitar 25 % wanita yang mengalami perubahan suasana hati dan perubahan fisik mengeluhkan perasaan berkurangnya kondisi tubuh yang sehat, sehingga mengganggu hubungan pribadi (Llewellyn, 2005).
Pengetahuan dan sikap kesehatan reproduksi remaja memang dinilai masih rendah, kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar pada remaja mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan tubuh mereka dan cara menghindarinya (Pinem, 2009). Pada masa remaja khususnya remaja putri akan mengalami perubahan fisik yang pesat, sebagai pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi (Wiknjosastro, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Ramah Remaja (PKRR) dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan remaja putri di Indonesia adalah seputar permasalahan mengenai gangguan menstruasi (38,45%), masalah gizi yang berhubungan dengan anemia (20,3%), gangguan belajar (19,7%), gangguan psikologis (0,7%), serta masalah kegemukan (0,5%) (Setiasih, 2007).